Apakah Anda pernah merasa penasaran, bagaimana proses penyamakan kulit yang mengubah kulit sapi atau kambing, sehingga dapat dijadikan bahan pembuatan tas kulit, dompet kulit atau produk lainnya? Ataukah Anda mengira setiap kulit yang didapat dapat langsung dijadikan produk-produk yang ada?
Anda pasti sering mendengar berbagai macam produk kulit. Tas kulit, jaket kulit, dompet kulit dan berbagai produk kulit lainnya. Produk kulit ini memiliki sejumlah keunggulan salah satunya dari tampak luarnya yang elegan dan mewah.
Untuk lebih mengetahui bagaimana proses menjadikan kulit-kulit hewan menjadi berbagai produk yang menarik, berikut ulasan terkait proses membuat kulit hewan menjadi bahan baku kulit yang disebut leather.
Daerah penghasil produk leather di Indonesia
Indonesia memang negeri yang kaya. Berbagai hasil alamnya bisa disulap menjadi produk yang bernilai tinggi salah satunya adalah kulit hewan. Sebagai negara yang subur dan menjadi tempat hidup berbagai hewan ternak, Indonesia memiliki beberapa daerah yang terkenal menghasilkan produk kulit.
![Tas Selempang Kulit, sumber : aleta.id](https://aleta.id/wp-content/uploads/2020/01/WhatsApp-Image-2020-01-13-at-13.49.54-1024x718.jpeg)
Beberapa daerah tersebut misalnya seperti Garut, Sidoarjo, Yogyakarta, Bandung, Magetan dan mungkin masih terdapat beberapa daerah lainnya. Setiap daerah ini juga memiliki ciri khas tersendiri. Artinya, tidak semua daerah menghasilkan bahan baku yang sama, meskipun ada juga yang sama.
Misalnya saja daerah Garut, terkenal menghasilkan leather dari kulit Domba. Berbeda dengan Garut, Yogyakarta menghasilkan leather yang diambil dari kulit Sapi. Keduanya memang sama-sama hewan ternak, namun ternyata teknik untuk menghasilkan bahan baku leathernya berbeda ditinjau dari jenis kulitnya. Untuk mengetahui tekniknya, simak informasi di bawah ini.
Menjadikan kulit bahan baku produk leather
Kulit yang baru diambil setelah sapi atau kambing disembelih dan dagingnya dimasak ternyata tidak dapat langsung dijadikan bahan pembuatan produk-produk kulit. Karena kulit-kulit ini masih “basah” atau rentan terhadap berbagai proses yang terjadi dilingkungan. Bahasa mudahnya, kulit yang masih “basah” ini akan rentan rusak dan membusuk karena masih merupakan bangkai atau sisa dari hewan.
Agar menjadi bahan mentah yang tidak lagi bereaksi secara kimia maupun biologi dengan lingkungan, serta kuat, tahan lama dan dapat diolah menjadi berbagai produk, maka diperlukan proses yang disebut tanning dalam bahasa Inggris. Di Indonesia proses tanning ini disebut dengan proses penyamakan.
Jenis kulit
Sebelum mengetahui bagaimana proses penyamakan kulit, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa kulit hewan yang dapat dijadikan bahan baku produk leather dibedakan menjadi dua. Keduanya memiliki penanganan yang berbeda jika ingin dijadikan bahan baku pembuatan produk leather. Keduanya yaitu :
1. Kulit berbulu
Hewan yang kulitnya dapat dijadikan bahan baku produk leather ada yang berbulu dan tidak. Contoh yang berbulu misalnya kambing dan domba. Terhadap hewan berbulu ini, proses penyamakan yang dilakukan dimungkinkan untuk tetap menjaga bulu yang melekat padanya sehingga menjadi feature produk kulitnya tersendiri. Yaitu produk tas atau hiasan yang berupa kulit dengan bulunya sekaligus.
2. Kulit tidak berbulu
Kulit hewan yang tidak berbulu dan sering dijadikan bahan baku pembuatan produk leather adalah kulit sapi, kerbau dan lembu. Sebenarnya hewan-hewan ini memiliki sedikit bulu yang tidak lebat. Sehingga apabila akan dijadikan bahan baku, perlu proses yang dapat menghilangkan bulu-bulu yang tipis ini.
![Ilustrasi Finishing Leather, sumber : LeatherWallets.org](https://aleta.id/wp-content/uploads/2020/06/Ilustrasi-Finishing-Leather-sumber-LeatherWallets.org_.jpg)
Proses penyamakan kulit
Penyamakan kulit dilakukan dengan melewati beberapa tahapan. Dimulai dari tahap persiapan, kemudian tahap pre-tanning (proses basah, beamhouse), tahap tanning (penyamakan) dan tahap akhir (finishing). Berikut penjelasannya.
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini akan dilakukan yang namanya curing. Dalam bahasa Indonesia tahapan ini disebut penggaraman. Kulit yang diberi garam akan mampu membersihkan berbagai bakteri yang menyebabkan pembusukan. Sehingga akan lebih awet melalui tahapan selanjutnya.
Proses penggaraman ada beberapa jenis. Pada jenis welt-salting, kulit ditaburi garam dan dipres dengan alat selama 30 hari. Lain halnya dengan brine-curing (larutan air-garam), kulit diaduk dalam kolam air asin selama 16 jam. Proses curing juga bisa dilakukan dalam kondisi suhu sangat rendah. Penyamakan kulit dilanjutkan ke tahap beamhouse.
2. Tahan pre-tanning
Setelah penggaraman, kulit kemudian direndam, diberi cairan kapur, dibersihkan dari sisa bulu dan rambut dan dilakukan pengasaman. Berbagai proses ini disebut pre-tanning, yaitu mempersiapkan kulit agar layak untuk dilakukan penyamakan (tanning).
3. Tahap tanning
Ada beberapa metode tanning yang biasa digunakan untuk menyamak kulit. Penggolongan ini berdasarkan bahan penyamak yang digunakan. Beberapa jenis tanning dalam industri kulit penyamakan dengan mineral/logam (Mineral tanning, chrome tanning), penyamakan nabati (Vegetable Tanning), penyamakan sintetis (Synthetic Tanning), penyamakan minyak (Oil Tanning), penyamakan kombinasi (Combination Tanning).
![Kulit Hewan, sumber : Erdogan Deri](https://aleta.id/wp-content/uploads/2020/06/Kulit-Hewan-sumber-Erdogan-Deri.jpg)
4. Tahap finishing
Proses finishing menggunakan kombinasi perlakuan pelapisan (coating). Misalnya saja aplikasi teknik padding, spraying, atau roller coating. Beberapa proses mekanik seperti buffing, staking dan embossing juga dilakukan untuk mendapatkan kulit dengan spesifikasi tertentu.
Tujuan dari tahap finishing adalah meminimalkan cacat tanpa menghilangkan keindahan asli kulit, memunculkan efek mengkilap (gloss) pada tingkatan tertentu, memastikan bahwa kulit lebut, bisa di mal dan dapat dilipat, memberikan pelindung tambahan pada permukaan kulit, membuat permukaan kulit mudah dibersihkan dan memberikan efek tambahan seperti tampak antik dan klasik.
Itu dia beberapa proses penyamakan kulit. Ternyata terminologi penyamakan di sini berbeda dengan istilah samak di dalam Islam yang mensucikan benda dari yang sebelumnya terkena najis menjadi suci. Penyamakan di sini maksudnya adalah memproses kulit hewan yang baru diambil setelah hewan dipotong menjadi leather, yaitu bahan baku yang siap dijadikan produk.